Anodontia sebenarnya merupakan kasus kelainan gigi yang cukup jarang terjadi. Penyebab dari kondisi itu pun beragam, belum lagi klasifikasinya yang menjadikan gangguan kesehatan tersebut semakin luas. Lantas, apakah ada tindakan yang dapat mengatasi permasalahan tersebut? Tentu untuk mendapatkan jawabannya, kamu perlu memahami terlebih dahulu tentang pengertian, penyebab, dan ragam jenisnya.
Apa Itu Anodontia?
Kondisi ini merupakan keadaan di mana benih gigi tidak tumbuh sama sekali. Bisa terjadi saat fase pertumbuhan gigi susu pada rentang usia 6-24 bulan, tapi lebih sering saat fase gigi permanen pada rentang 5 – 13 tahun. Jumlah gigi tetap sendiri ada 32 buah, dengan masing-masing sisi rahang 8 buah gigi.
Ketika sudah mencapai usia 13 tahun ternyata jumlah gigi belum lengkap, artinya individu tersebut sedang mengalami kelainan di atas. Kondisi tersebut baru bisa dipastikan setelah melakukan rontgen pada rongga mulut dan di dalam gusi tidak nampak benih gigi sama sekali. Kondisi ini bisa berbahaya, namun juga bisa tidak. Tergantung ketepatan penanganan.
Penyebab Anodontia
Lantas, mengapa kelainan tersebut dianggap sebagai suatu kasus langka? Sebab, jarang sekali ditemukan kasus demikian, apalagi jika formasi gigi susunya lengkap – di mana gigi permanen seharusnya mengikuti karena terstimulasi. Adapun kondisi tersebut dipicu oleh faktor genetik, kelainan kromosom, dan lingkungan (paparan obat dan zat kimia) saat anak dalam masa pertumbuhan.
Gejala Anodontia
Apakah tanda mengalami ketidak tumbuhan benih gigi cukup terlihat dari hasil rontgen saja? Tidak, karena ada beberapa gejala yang bisa dijadikan acuan bahwa diagnosa tersebut tepat. Bila gigi susu atau permanen kamu tidak tumbuh dan disertai dengan gejala-gejala berikut, maka sudah bisa dipastikan jika kelainan di atas yang menjadi penyebab:
- Kerontokan rambut yang parah hingga botak tidak merata (pitak).
- Meskipun berada di tempat yang panas, jarang berkeringat.
- Ada celah di langit-langit mulut yang memberi sensasi nyeri dan terbakar.
- Mengidap bibir sumbing.
- Kuku sulit tumbuh, strukturnya berantakan, atau bahkan tidak terbentuk sama sekali.
- Mengalami gangguan pendengaran atau gangguan penglihatan, karena gigi dengan mata dan telinga memiliki keterikatan yang kuat.
Jenis – Jenis Anodontia
Sayangnya, anodontia tidak sesederhana ‘tidak memiliki gigi’ saja. Faktanya, kelainan ini diklasifikasi menjadi tiga jenis berbeda. Apa saja?
Anodontia Total
Bayangkan jika kamu tidak memiliki gigi sama sekali alias ompong secara menyeluruh? Kondisi itulah yang bisa terjadi pada kelainan ini. Rahang yang tidak memiliki gigi sama sekali. Bila situasi semacam ini yang terjadi, berikut adalah kesulitan yang akan kamu hadapi, yaitu:
- Ketidakmampuan berbicara, hanya bersuara.
- Tidak mampu menggigit dan mengunyah makanan.
- Mengganggu stabilitas sistem metabolisme tubuh karena proses pengolahan makanan di mulut sangat kurang.
Anodontia Parsial
Berikutnya adalah ketiadaan benih gigi secara parsial atau separuh. Tentu tidak separah jika tidak memiliki gigi sama sekali. Namun tetap saja, kondisi ini bisa menimbulkan banyak kelainan gigi dan mulut:
- Pelafalan yang kurang jelas dan cenderung menghasilkan suara lirih.
- Menggigit dan mengunyah makanan di satu sisi saja sehingga menimbulkan berbagai resiko: penumpukan plaque, karang gigi, peradangan gusi, hingga mengalami abses pada gigi.
Hypodontia
Disebut dengan istilah yang satu ini jika tidak memiliki satu atau beberapa benih gigi saja. Namun, meskipun begitu, tetap saja dapat menimbulkan masalah, yaitu berupa tata letak gigi yang tidak beraturan karena masing-masing benih gigi bisa saling mendorong. Jika sudah demikian, banyak resiko yang harus dihadapi:
- Kurang percaya diri karena gigi berantakan.
- Kotoran dan karang gigi lebih mudah terbentuk.
- Rentan menimbulkan anomali rahang karena penggunaan gigi tidak merata.
Cara Mengatasi Anodontia
Lantas, apakah anodontia merupakan suatu kondisi yang bersifat urgent untuk ditangani? Jika hanya 1 – 2 gigi saja yang tidak ada, kamu bisa mengabaikan karena efeknya tidak terlalu signifikan selama gigi bertumbuh sesuai tempatnya. Namun, jika sudah menyabotase hingga menyebabkan gigi menumpuk, apalagi tidak muncul sebagian dan total, wajib bertindak seperti:
Gigi Palsu
Solusi pertama adalah melakukan pemasangan gigi palsu alias gigi tiruan. Prosedur yang satu ini sudah umum menjadi pilihan ketika pasien kehilangan gigi akibat ketidaksengajaan seperti faktor di atas, trauma, maupun faktor usia. Pemasangan gigi palsu bisa dilepas pasang, karena disertai gusi tiruan dan lem khusus untuk mengeratkan pada rahang. Anatominya persis gigi asli.
Implan Gigi
Jika gigi palsu hanya membuat bagian mahkota karena akarnya masih utuh, berbeda dengan implan gigi yang justru membuat akar tiruan sebagai pondasi mahkota gigi. Biasanya, ini dilakukan setelah akar berikut jaringannya tidak terselamatkan. Cocok untuk penanganan ketidakmunculan benih gigi. Dengan catatan, harus ada ruang untuk implan akar sekaligus mahkota gigi tersebut.
Jembatan Gigi
Prosedur yang dikenal dengan istilah dental bridge ini paling cocok kalau pasien kehilangan gigi separuh bahkan seluruhnya dengan posisi asli menyatu. Pada dasarnya, teknik ini tidak berbeda dengan pemasangan gigi palsu dan implan, hanya saja langsung membuat sederet. Bedanya lagi, jembatan gigi memakai crown asli yang direkatkan pada gusi buatan.
Semua prosedur untuk anodontia bisa kamu dapatkan di Axel Dental. Tentu saja, dokter gigi yang bertugas akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu melalui rekam medis hingga rontgen untuk menghindari salah diagnosa. Kelalaian tersebut bisa berimbas pada perawatan salah yang kemudian justru memperburuk kondisi pasien. Kesehatan gigi dan mulut, Axel Dental ahlinya!