Semua orang tahu betapa hebatnya dampak nyeri akibat sakit gigi. Terbilang sepele, tetapi tidak bisa diremehkan. Konon, penyakit tersebut disebabkan oleh adanya ulat gigi. Banyak orang percaya bahwa ulat gigi merupakan penyebab gigi berlubang yang memicu ngilu.
Kalau memang benar demikian, dari mana datangnya ulat tersebut? Bagaimana cara dia masuk? Seberapa pula ukurannya, hingga dapat masuk ke dalam rongga mulut dan menggerogoti gigi? Anda mungkin akan bergidik saat membayangkannya.
Lantas, apakah memang benar demikian? Mari kita lihat bagaimana faktanya.
Ulat Gigi: Mitos atau Fakta?
Kepercayaan tentang adanya ulat gigi atau juga disebut cacing gigi sudah muncul sejak ribuan tahun lalu. Beberapa peradaban masa lampau, seperti bangsa Mesir kuno, Romawi, hingga Jerman di Eropa, masyarakatnya menilai bahwa ulatlah yang menyebabkan gigi menjadi rusak.
Beberapa bukti sejarah mengungkapkan kenyataan ini. Di antaranya teks bangsa Sumeria pada 5.000 SM yang sempat mencantumkan hal serupa. Demikian pula China, di mana terdapat ukiran teks pada tulang berusia sekitar 3.500 tahun yang menggambarkan seekor cacing yang menyerang mulut dan gigi.
Perkembangan ilmu pengetahuan kemudian mematahkan pandangan masyarakat selama ini. Salah satunya disampaikan oleh seorang peneliti asal Prancis pada tahun 1728 yang kelak disebut sebagai bapak kedokteran gigi modern. Pierre Fauchard dapat menjelaskan secara ilmiah tentang terjadinya proses pembusukan gigi. Dia pun kemudian memperkenalkan metode penambalan untuk menutup lubang di gigi.
Menurut peneliti dari University of Maryland Dental School, pada tubulus gigi terdapat sebuah struktur kecil yang berbentuk seperti ulat atau cacing berongga. Sampai saat ini pengetahuan tentang struktur tersebut masih sangat minim. Ada kemungkinan bahwa masyarakat pada masa lalu mengidentifikasi struktur tabung pada tubulus tersebut sebagai ulat gigi atau cacing gigi.
Penyebab Sebenarnya Ulat Gigi
Pada akhirnya mitos tentang ulat gigi pun menguap, meski masih ada saja orang yang memercayainya. Sementara pengetahuan ilmiah tentang proses pembusukan dan terjadinya gigi berlubang sudah mulai meluas.
Gigi berlubang disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, di antaranya bakteri, kebersihan yang kurang terjaga, serta pola makan. Bakteri adalah penyebab paling umum. Organisme tersebut muncul akibat kurangnya kebersihan rongga mulut.
Pada saat mengonsumsi makanan, terutama yang mengandung karbohidrat dan gula tinggi. Biasanya, tidak seluruh makanan masuk ke organ pencernaan dalam melalui kerongkongan. Sisa-sisa makanan tertinggal dan tidak dibersihkan akan menumpuk dan menjadi konsumsi bakteri.
Bakteri memakan zat-zat gula tersebut dan menghasilkan zat asam fermentasi dari karbohidrat yang mampu mengikis email, lapisan keras di bagian luar gigi. Pengikisan yang terjadi terus-menerus akan merusak lapisan dentin di bawah email, lalu pulpa di bagian tengah gigi. Di sinilah kemudian terjadi infeksi yang memicu nyeri dan pembengkakan.
Maka dari itu, para praktisi kesehatan gigi selalu menyarankan agar kita selalu menjaga kesehatan pada gigi. Salah satu caranya dengan menggosok gigi setiap kali selesai makan. Guna menghilangkan sisa-sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi dan rongga mulut.
Penyakit yang Menyebabkan Ulat Gigi
Berdasarkan uraian di atas yang merujuk pada fakta-fakta ilmiah, Anda kini telah mengetahui bahwa ulat gigi hanyalah mitos belaka. Sakit gigi yang mungkin sering Anda alami bukanlah disebabkan oleh adanya ulat atau cacing gigi. Beberapa penyebabnya adalah sebagai berikut.
Kurangnya air liur
Selain berfungsi sebagai pelumas, air liur membantu membersihkan sisa-sisa makanan dalam rongga mulut. Kandungannya mampu melawan zat asam hasil konsumsi bakteri yang bisa mengikis email gigi.
Pada penderita gangguan pola makan, seperti anoreksia dan bulimia kerap mengalami mulut kering, di mana produksi air liurnya terganggu. Maka tidak jarang mereka juga berisiko memiliki gigi berlubang dan sakit gigi.
Asam lambung tinggi
Kebalikan dari air liur, kadar asam lambung berlebihan malah akan mempercepat pengikisan email gigi. Maka dari itu, orang-orang dengan masalah lambung, seperti penderita maag dan GERD juga berisiko memiliki gigi berlubang.
Jarang membersihkan gigi
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, dianjurkan untuk menyikat gigi setiap hari sehabis makan dan sebelum tidur guna membersihkan gigi dari makanan yang tertinggal. Usahakan tidak terlalu lama dan jangan memberi tekanan berlebihan saat menyikat gigi. Pasalnya hal itu juga berisiko merusak gigi dan gusi.
Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman
Konsumsi makanan dan minuman manis atau asam secara berlebihan tidak baik bagi kesehatan gigi. Apalagi jika dibarengi dengan kurangnya menjaga kebersihan gigi. Gigi rentan rapuh dan berlubang karena zat manis dan asam merupakan asupan favorit bakteri jahat yang merusak email gigi.
Kebiasaan mengunyah es batu, meneguk minuman bersoda, atau menyantap makanan minuman bersuhu ekstrem pun turut memicu rapuhnya gigi. Contohnya seperti saat memakan masakan berkuah panas, kemudian mengakhirinya dengan minum es.
Apabila Anda terlanjur memiliki kebiasaan tersebut, sebaiknya carilah cara untuk segera menghentikannya dari sekarang. Namun, kalau sudah terlanjur, segera periksakan ke dokter gigi untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Cara Mengatasi Ulat Gigi
Lalu bagaimana cara mengatasi ulat gigi? Satu-satunya cara adalah dengan tidak memercayai mitos tersebut. Sebaliknya, kalau terlanjur mengalami sakit gigi atau memiliki gigi berlubang, Anda bisa mengikuti cara-cara berikut.
Meredakan nyeri
Saat gigi ngilu atau nyeri secara tiba-tiba, Anda bisa segera mencari obat di apotek. Selain itu Anda juga bisa menggunakan bahan-bahan dapur sebagai pertolongan pertama, contohnya sebagai berikut:
A. Air garam
Ini merupakan desinfektan alami, berfungsi untuk mengurangi peradangan dan nyeri pada gigi dan gusi. Larutkan setengah sendok teh garam ke dalam segelas air hangat. Kemudian berkumurlah dengan air garam tersebut selama sekitar 30 detik.
B. Bawang putih
Bumbu dapur satu ini memiliki zat pelawan bakteri dan peradangan. Saat gigi sakit, ambil satu siung bawang putih, kupas kulitnya, dan iris menjadi dua. Irisan tersebut bisa ditempelkan ke bagian gigi yang sakit atau dikunyah sekalian.
C. Minyak esensial
Minyak esensial yang digunakan di sini adalah minyak cengkeh dan zaitun. Di dalamnya mengandung eugenol yang bisa berfungsi sebagai pereda nyeri dan antibakteri. Campurkan keduanya lalu celupkan cotton bud. Selanjutnya, tempelkan cotton bud yang basah oleh minyak pada bagian gigi yang sakit, gigit selama beberapa saat.
Penanganan medis
Pertolongan pertama kurang berhasil, sehingga sakit gigi tidak segera teratasi. Berarti sudah saatnya pergi ke dokter gigi untuk memperoleh penanganan yang tepat. Pertama-tama, umumnya dokter akan menelusuri gejala pasien. Kemudian ia akan memeriksa gigi berikut gusinya, lalu lidah, sinus, rahang, bahkan hidung, tenggorokan, dan leher.
Beberapa dokter menerapkan metode pengujian kondisi gigi dengan perangsangan memakai suhu dingin, percobaan mengunyah, atau menggigit. Pada kondisi-kondisi tertentu, tak jarang pula dilakukan CT scan dan foto rontgen guna pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah diketahui penyebabnya, barulah dokter memberikan penanganan medis yang diperlukan, di antaranya:
- Pemberian antibiotik, untuk sakit gigi akibat infeksi bakteri.
- Tambal gigi, jika sakit karena gigi berlubang.
- Root canal (perawatan saluran gigi), apabila terjadi infeksi pada akar gigi.
- Tooth crown (mahkota gigi), untuk mengganti bagian gigi yang patah di bagian depan atau bagian lainnya.
- Cabut gigi, sebagai langkah terakhir jika cara-cara sebelumnya gagal mengatasi gejala yang dirasakan pasien.
Kalau sakit gigi sudah teratasi, Anda dapat kembali beraktivitas normal tanpa terganggu nyeri. Seperti diketahui, nyeri tersebut bukanlah disebabkan oleh ulat gigi, tetapi akibat zat asam yang muncul karena bakteri.