Gigi dan mulut adalah jendela kesehatan tubuh. Namun, selain mengabaikan kesehatan gigi, masih banyak pula masyarakat yang termakan mitos-mitos mengenai gigi. Berbagai mitos tentang gigi ini pun membuat orang jadi salah langkah dalam merawat gigi dan justru dapat berakibat fatal.
Kesalahpahaman ini tentu tak bisa dibiarkan terus-menerus apalagi sampai menurun ke anak dan cucu nanti. Setidaknya, pastikan Anda tidak (lagi) mengamini beberapa mitos seputar gigi berikut agar kesehatan gigi dan mulut dapat terjaga dengan optimal.
Hah! Cabut Gigi Bisa Bikin Kebutaan ?
Mitos cabut gigi adalah salah satu yang paling populer. Pasalnya, ada banyak alasan mengapa seseorang harus menjalani prosedur cabut gigi, terutama untuk meminimalkan (berkembangnya) infeksi dan menyelaraskan atau merapikan susunan gigi baik untuk keperluan estetika maupun fungsional.
Lalu, benarkah bahwa mencabut gigi dapat membuat seseorang menjadi buta? Hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan. Sebab nyatanya, saraf gigi dan mata berasal dari cabang yang berbeda sehingga Anda tak perlu khawatir jika harus menjalani prosedur cabut gigi. Adapun gigi dipersarafi oleh saraf maksilaris dan mandibularis, sementara mata dipersarafi oleh saraf oftalmikus.
Odol Banyak Bikin Gigi Makin Putih
Biasanya keyakinan ini muncul lantaran termakan iklan pasta gigi yang dapat membuat gigi lebih putih dalam waktu cukup cepat. Asumsinya, makin sering atau makin banyak pasta gigi yang digunakan, makin lebih cepat pula gigi makin putih.
Apakah Anda juga termasuk yang berpikiran demikian? Kalau ya, sayangnya, keyakinan tersebut tidak benar. Faktanya makin banyak pasta gigi yang digunakan justru dapat memperbesar kemungkinan enamel rusak. Jika pasta gigi Anda mengandung sodium lauryl sulfate, besar kemungkinan pula daerah sekitar bibir, mulut, dan dagu mengalami kemerahan, muncul jerawat, maupun muncul sariawan.
Baca juga: Jangan Sampai Salah Beli Odol! Nih, 6 Cara Memilih Pasta Gigi!
Wajib! Abis Makan Langsung Sikat Gigi
Menyikat gigi setelah makan memang hal yang dianjurkan. Namun, bukan berarti Anda harus langsung menggosok gigi segera setelah selesai makan. Setidaknya, tunggulah 30 menit setelah makan sebelum akhirnya menyikat gigi.
Mengapa demikian? Hal ini karena setelah makan, rongga mulut menjadi asam sehingga lapisan email gigi lebih mudah terlarut. Jika kamu langsung menyikat gigi saat kondisi asam dalam mulut masih belum netral, maka mineral dalam gigi pun akan ikut larut dan perlahan membuat gigi jadi lunak. Maka dari itu, berikan waktu agar saliva (air liur) menetralkan dulu kondisi asam dalam rongga mulut sebelum menyikat
Normal! Kalau Sikat Gigi Bikin Gusi Berdarah
Salah satu hal lainnya yang termasuk dalam mitos-mitos mengenai gigi paling populer adalah normalnya gusi jadi berdarah saat sikat gigi. Hal ini sama sekali keliru karena gusi yang sehat tidak akan berdarah saat Anda menggosok gigi.
Sebaliknya, gusi berdarah saat sikat gigi menunjukkan adanya peradangan pada gusi yang umumnya diakibatkan oleh penumpukan karang gigi di dalam celah gigi dan gusi. Kalau penumpukan ini dibiarkan, maka peradangan akan meluas sampai menyebabkan gigi goyang bahkan infeksi dan risiko kesehatan lain lebih fatal.
Bulu Sikat Gigi Keras bikin Gigi Bersih
Mitos soal gigi ini sama sekali salah. Bukannya membuat bersih, menggunakan sikat gigi dengan bulu yang keras justru memberi tekanan kuat yang dapat merusak lapisan gigi. Kalau lapisan terluar gigi mulai terkikis, maka gigi pun terabrasi.
Akibatnya, Anda akan lebih sering mengeluhkan gigi yang sakit dan linu seperti saat terkena angin maupun suhu makanan atau minuman yang ingin. Selain itu, gusi juga dapat surut dan mengancam akar gigi Anda dalam bahaya.
Masalah Pencernaan Bikin Bau mulut
Pencernaan jadi hal yang paling sering disalahkan sebagai penyebab bau mulut. Padahal, tahukah Anda bahwa berbagai penelitian menemukan bahwa 85% bau mulut justru berasal dari gigi dan mulut sendiri.
Kondisi ini terjadi karena bakteri yang bersarang di rongga mulut berkembang dalam lingkungan tanpa oksigen sehingga memproduksi gas yang berbau. Adapun sarang bakteri tersebut biasanya adalah karang gigi, gigi berlubang, tambalan yang bocor, hingga bakteri di bagian belakang lidah yang kerap terlewat dibersihkan.
Ga Perlu ke Dokter! Sakit Gigi Cukup Minum Obat
Cara pintas untuk menghilangkan rasa nyeri dan sakit yang bertubi-tubi pada gigi adalah dengan mengonsumsi obat penghilang nyeri alias analgesik. Namun, minum obat hanya akan memberi efek sementara. Begitu reaksi hilang, Anda akan kembali mengalami nyeri dan bahkan kondisi gigi yang bakal terus memburuk.
Mau tak mau, Anda harus mencari tahu penyebab utama gigi sakit—apakah karena adanya lubang, infeksi, atau lainnya. Berkunjunglah segera ke dokter untuk menyelesaikan permasalahan utama gigi yang sakit. Tenang saja, tidak semua keluhan sakit gigi berujung pada tindakan cabut gigi. Boleh jadi, dokter “hanya” akan membersihkan gigi, menambal, maupun perawatan saluran akar.
Walau ukuran gigi kecil, tetapi gangguan dalam jaringan tubuh yang satu ini terbukti membuat penderitanya jadi sulit tidur, sulit makan, sulit beraktivitas, hingga menimbun penyakit lainnya jika dibiarkan terus-menerus. Karena itu, pastikan Anda tidak lagi termakan mitos-mitos mengenai gigi sehingga dapat merawat dan menjaga kesehatan gigi dengan benar.